Thrifting & Sustainable Fashion: Dari Gaya Alternatif Jadi Arus Utama
Beberapa tahun lalu, thrifting atau belanja baju bekas dianggap sekadar alternatif murah. Tapi di tahun 2025, thrifting justru menjadi tren arus utama, sejalan dengan konsep sustainable fashion yang peduli lingkungan.
Google Trends Indonesia 4 September 2025 menunjukkan peningkatan pencarian untuk “thrifting” dan “fashion berkelanjutan.” Hal ini membuktikan bahwa generasi muda bukan hanya mencari gaya, tapi juga makna dalam cara mereka berpakaian.
◆ Apa Itu Thrifting dan Sustainable Fashion?
-
Thrifting: Belanja barang bekas (pakaian, sepatu, aksesori) yang masih layak pakai.
-
Sustainable Fashion: Gerakan industri fashion yang ramah lingkungan dengan mengurangi limbah tekstil, menggunakan bahan organik, dan mendukung fair trade.
Keduanya kini saling melengkapi: thrifting jadi cara praktis menerapkan sustainable fashion di kehidupan sehari-hari.
◆ Mengapa Thrifting Populer di 2025?
Beberapa alasan yang bikin thrifting jadi booming:
-
Unik & Vintage: Barang thrifting seringkali punya karakter yang tidak dimiliki produk fast fashion.
-
Harga Terjangkau: Anak muda bisa tampil stylish tanpa merogoh kantong dalam.
-
Eco-Friendly: Mengurangi sampah tekstil yang jadi masalah global.
-
Tren Media Sosial: Konten “thrift haul” viral di TikTok dan YouTube.
◆ Gaya Anak Muda dengan Thrifting
Anak muda Indonesia memadukan thrifting dengan gaya modern:
-
Streetwear Thrift: Hoodie oversized, jeans vintage, sneakers klasik.
-
Retro 90s: Jaket denim, kaos band lawas, dan kacamata retro.
-
Mix & Match: Menggabungkan thrift item dengan produk brand lokal.
Dengan thrifting, fashion jadi lebih kreatif dan personal.
◆ Sustainable Fashion di Indonesia
Selain thrifting, gerakan sustainable fashion makin kuat.
-
Brand Lokal Ramah Lingkungan: Banyak label baru memakai kain daur ulang atau katun organik.
-
Slow Fashion: Fokus pada kualitas dan daya tahan, bukan tren musiman.
-
Kampanye Zero Waste: Workshop daur ulang pakaian bekas jadi outfit baru.
-
Kolaborasi Komunitas: Komunitas fashion mengadakan bazar thrift dengan tema eco-friendly.
◆ Dampak Sosial & Ekonomi
Fenomena thrifting sustainable fashion 2025 punya dampak besar:
Positif:
-
Mengurangi limbah tekstil global.
-
Mendorong ekonomi kreatif lokal.
-
Membuka lapangan kerja baru di pasar thrifting.
-
Membuat fashion lebih inklusif untuk semua kalangan.
Negatif:
-
Muncul isu pakaian impor bekas ilegal yang merugikan industri lokal.
-
Risiko kesehatan dari pakaian yang tidak dicuci bersih.
-
Fast fashion masih mendominasi iklan besar-besaran.
◆ Peran Media Sosial
Media sosial jadi faktor utama popularitas thrifting:
-
TikTok: tren “Rp50.000 dapat 5 outfit thrift” jadi viral.
-
Instagram: banyak akun thrift shop menjual produk dengan foto estetik.
-
YouTube: konten kreator membuat video challenge belanja thrift di Pasar Senen atau Gedebage.
Fenomena ini membuat thrift market makin dikenal lintas generasi.
◆ Masa Depan Thrifting & Sustainable Fashion
5–10 tahun ke depan, tren ini diprediksi makin menguat:
-
Digital Thrift Market: Platform e-commerce khusus thrifting makin besar.
-
AI Styling: Aplikasi AI membantu mix & match outfit thrift.
-
Fashion Circular Economy: Pakaian lama bisa ditukar dengan voucher brand.
-
Global Recognition: Indonesia bisa jadi pusat thrift fashion Asia Tenggara.
Kesimpulan: Gaya Unik, Ramah Lingkungan
Thrifting sustainable fashion 2025 bukan hanya tren gaya anak muda, tapi juga bentuk kepedulian terhadap bumi. Generasi baru tidak hanya ingin tampil keren, tapi juga ingin berkontribusi pada masa depan yang lebih hijau.
Penutup
Thrifting dan sustainable fashion membuktikan bahwa dunia mode bisa lebih inklusif, kreatif, dan bertanggung jawab. Inilah saatnya fashion jadi medium perubahan, bukan sekadar konsumsi.