Pariwisata Nusantara 2025: Ekowisata, Digitalisasi, dan Potensi Wisata Desa

pariwisata Nusantara

Kebangkitan Pariwisata Pasca Pandemi

Tahun 2025 menjadi momentum penting bagi pariwisata Indonesia. Setelah pandemi sempat membuat sektor ini terpuruk, pariwisata Nusantara kini bangkit dengan wajah baru. Wisatawan domestik dan mancanegara kembali memadati destinasi populer, namun dengan pola perjalanan yang berbeda.

Masyarakat kini lebih peduli pada aspek kesehatan, keberlanjutan, dan pengalaman autentik. Mereka tidak lagi hanya mencari foto Instagramable, tetapi juga wisata bermakna yang memberi dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat lokal.

Pemerintah menargetkan pariwisata sebagai salah satu motor ekonomi nasional, dengan fokus pada ekowisata, digitalisasi pariwisata, dan pengembangan desa wisata.


Ekowisata: Wisata Ramah Lingkungan

Ekowisata menjadi tren utama pariwisata Nusantara 2025. Wisatawan semakin peduli pada isu lingkungan, sehingga memilih destinasi yang menawarkan keindahan alam sekaligus program konservasi.

  1. Wisata Gunung dan Hutan
    Pendakian gunung kini diatur lebih ketat dengan sistem booking online, kuota pengunjung, dan aturan zero waste. Gunung Rinjani, Semeru, hingga Kerinci menjadi favorit.

  2. Wisata Laut dan Pantai
    Raja Ampat, Labuan Bajo, dan Wakatobi menerapkan sistem konservasi karang. Kapal wisata menggunakan tenaga ramah lingkungan, sementara wisatawan dilibatkan dalam kegiatan pelestarian laut.

  3. Taman Nasional
    Taman Nasional Komodo, Bromo Tengger Semeru, hingga Tanjung Puting semakin populer. Program edukasi lingkungan diperkuat agar wisatawan tidak hanya menikmati, tetapi juga memahami pentingnya menjaga ekosistem.

Ekowisata menjadikan pariwisata tidak sekadar hiburan, tetapi juga alat edukasi dan pelestarian alam.


Digitalisasi Pariwisata

Teknologi menjadi fondasi baru pariwisata Nusantara.

  • E-Ticketing: tiket wisata, transportasi, hingga penginapan bisa dibeli secara digital.

  • Cashless Payment: QRIS digunakan hampir di semua destinasi, dari desa wisata hingga resort mewah.

  • Virtual Tour: sebelum datang, wisatawan bisa mencoba tur virtual untuk memilih destinasi.

  • AI Travel Assistant: aplikasi berbasis AI membantu membuat itinerary sesuai preferensi wisatawan.

Digitalisasi pariwisata memudahkan wisatawan, memperkuat promosi, dan membuka peluang bagi UMKM lokal untuk ikut masuk ke ekosistem digital.


Potensi Wisata Desa

Desa wisata menjadi bintang baru pariwisata Nusantara. Wisatawan mencari pengalaman autentik dengan tinggal bersama masyarakat lokal.

  • Desa Ubud (Bali): pusat seni, yoga, dan wellness tourism.

  • Wae Rebo (NTT): desa adat di pegunungan yang eksotis dengan rumah Mbaru Niang.

  • Baduy (Banten): pengalaman unik tanpa teknologi bersama masyarakat adat.

  • Desa Penglipuran (Bali): desa terbersih di dunia yang jadi ikon pariwisata.

Desa wisata memberi manfaat langsung bagi masyarakat lokal, mengurangi urbanisasi, dan melestarikan budaya tradisional.


Pariwisata Berbasis Komunitas

Tren baru dalam pariwisata Nusantara adalah community-based tourism (CBT).

  • Wisatawan diajak belajar membuat kerajinan tangan bersama pengrajin lokal.

  • Turis ikut serta dalam panen padi atau festival budaya desa.

  • Komunitas lokal mendapat keuntungan langsung dari setiap kunjungan.

Model ini membuat pariwisata lebih adil, karena manfaatnya tidak hanya dinikmati pemilik modal besar, tetapi juga masyarakat desa.


Pariwisata Berkelanjutan dan Green Tourism

Indonesia berkomitmen pada pariwisata berkelanjutan. Pemerintah bersama swasta dan komunitas mengembangkan green tourism.

  • Resort Ramah Lingkungan dengan energi surya dan pengelolaan sampah.

  • Transportasi Hijau menggunakan bus listrik di destinasi populer.

  • Konservasi Satwa sebagai bagian dari paket wisata edukatif.

Konsep ini diharapkan bisa menjaga alam sekaligus memberi nilai tambah bagi wisatawan yang peduli lingkungan.


Tantangan Pariwisata Nusantara

Meski berkembang, pariwisata Indonesia masih menghadapi tantangan:

  1. Overtourism di destinasi populer seperti Bali dan Borobudur.

  2. Kesenjangan Infrastruktur di daerah timur Indonesia.

  3. Literasi Digital masyarakat lokal yang belum merata.

  4. Ketergantungan pada Wisata Alam tanpa diversifikasi sektor lain.

Jika tantangan ini tidak segera diatasi, pertumbuhan pariwisata bisa timpang.


Masa Depan Pariwisata Nusantara

Pariwisata Indonesia 2025 berada di jalur positif. Dengan potensi alam, budaya, dan masyarakat yang ramah, Indonesia bisa menjadi destinasi utama dunia.

Langkah ke depan yang harus dilakukan:

  • Menyeimbangkan antara konservasi dan ekonomi.

  • Mendorong digitalisasi menyeluruh.

  • Mengembangkan wisata baru agar tidak hanya bertumpu pada Bali.

  • Memberdayakan desa wisata sebagai tulang punggung pariwisata.

Jika semua berjalan konsisten, pariwisata bisa menjadi penopang utama ekonomi Indonesia 2030.


Kesimpulan: Pariwisata Autentik dan Berkelanjutan

Dari Eksotisme ke Keberlanjutan

Pariwisata Nusantara 2025 adalah potret transformasi dari sekadar eksotisme menjadi keberlanjutan. Ekowisata, digitalisasi, dan desa wisata menjadikan pariwisata Indonesia lebih adil, inklusif, dan ramah lingkungan.

Dengan menjaga alam dan budaya, pariwisata Nusantara bukan hanya menghibur wisatawan, tetapi juga mensejahterakan rakyat dan melestarikan warisan bangsa.


Referensi: